SAYA

SAYA

Rabu, 25 September 2013

INFLUENZA

VIRUS INFLUENZA
Definisi Virus Influenza
Virus influenza adalah ëRNA-based ì, mempunyai dua glikoprotein yaitu H (hemaglutinin) dan N (neuraminidase ), saat ini sudah ditemukan 16 subtipe glikoprotein H dan 9 subtipe N. ( CDC th 2007 ). Adanya glikoprotein H memungkinkan virus mampu masuk ke sel dan membentuk virus baru, sedangkan glikoprotein N memungkinkan virus baru tersebut keluar dari sel host dan beredar ke sel host yang lain. Virus Influenza disusun berdasar kombinasi struktur glikoprotein H dan N misalnya H1N1 (Spanish flu,1918), H2N2 (Asian flu,1957),  dan H5N1(avian flu/flu burung ). Virus H1N1 sebelumnya disebut Flu babi / swine flu tetapi sejak 30 April 2009 WHO tidak menyebut flu babi tetapi influenza A/H1N1.
WHO mengatur nomenklatur virus influenza dan urutan penamaannya adalah : Sub tipe virus / hewan pejamu / asal geografis / nomor strain laboratorium / tahun isolasi / sub tipe.
Contoh nama virus di California : A/California/10/78/(H1N1), di Sydney : A/Sydney/5/97/ (H3N2), di Hongkong : A/Hong Kong/156/97 (H5N1) dan sebagainya.
Apabila virus menginfeksi hewan, maka nama hewan dicantumkan sebe­lum geografi, misalnya influenza A/ Chicken/Hong Kong /G9/97 (H9N2).
Influenza Struktur Virus
Gambar dari virus influenza
Sejarah
Menurut National Geographic, influenza adalah bencana global pada tahun 1918, yang mencolok dengan menyerang seperlima dari penduduk bumi dan mengambil lebih dari 50 juta jiwa. Kasus terbaru ini adalah flu H1N1 tahun 2009.
Jenis-jenis virus
Dalam klasifikasi virus, virus influenza termasuk virus RNA yang merupakan tiga dari lima genera dalam famili Oethomyxoviridae :
·         Virus influenza A
·         Virus influenza B
·         Virus influenza C
Tipe A & B sering menyebabkan penyakit sedangkan tipe C secara sporadis menimbulkan infeksi saluran napas atas. Virus-virus tersebut memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus parainfluenza manusia, yang merupakan virus RNA yang merupakan bagian dari familiparamyxovirus yang merupakan penyebab umum dari infeksi pernapasan pada anak, seperti croup (laryngotracheobronchitis), namun dapat juga menimbulkan penyakit yang serupa dengan influenza pada orang dewasa.

Virus influenza A

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia. 
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini. Serotipe yang telah dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada manusia, adalah:
·         H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918, dan Flu Babi pada tahun 2009
·         H2N2, yang menimbulkan Flu Asia pada tahun 1957
·         H3N2, yang menimbulkan Flu Hongkong pada tahun 1968
·         H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun 2004
·         H7N7, yang memiliki potensi zoonotik yang tidak biasa[23]
·         H1N2, endemik pada manusia, babi, dan unggas
·         H9N2
·         H7N2
·         H7N3
·         H10N7

Virus influenza B

Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B. Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin.  Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.

Virus influenza C

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal.  Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.



VIRUS FLU BURUNG
Definisi
Jenis virus influenza sangat bervariasi, dan beberapa diantaranya dapat menyerang unggas (ayam, burung, bebek, etc). Virus ini disebut Virus Avian Influenza. Pada unggas penyakit ini disebabkan oleh Virus Influenza jenis A. Penyakit pada unggas ini di deteksi di Italia 100 tahun yang lalu, dan kini telah menyebar keseluruh dunia. Ada 15 jenis yang dapat menginfeksi unggas, dan yang terganas adalah Tipe A subtipe H5 dan H7. Di Indonesia yang menyerang adalah subtipe H5N1. Unggas air yang berimigrasi adalah reservoir alami dari virus ini, dan ayam terutama ayam ras adalah yang paling rentan.
http://dokita.co/blog/wp-content/uploads/2013/01/avian-flu.jpg
Virus subtipe H5 dan H7 adalah Virus Flu Burung. Virus Avian Flu dapat diklasifikasi kedalam Virus yang Fatalitas Tinggi (HPAI) dan Virus yang Fatalitas Rendah (LPAI). Pembagian ini berdasar bentuk genetik Virus. Umumnya HPAI dikaitkan dengan tingkat kematian tinggi pada peternakanunggas. Apakah Fatalitas yang Tinggi atau Rendah pada unggas ini berhubungan dengan risiko penularan pada manusia belum diketahui secara pasti.Virus HPAI dapat membunuh 90 - 100% unggas yang terinfeksi, tetapi LPAI menyebabkan sakit ringan atau tanpa gejala pada ayam.Tetapi virus LPAI dapat berubah menjadi HPAI, sehingga wabah Virus H5 atau H7 LPAI seharusnya tetap dimonitor oleh Dinas Peternakan
Penularan ke Manusia.
Walaupun jarang, beberapa virus flu burung dapat menular ke manusia. Virus Burung yang disebut H5N1 telah menginfeksi manusia yang kontak langsung dan terus menerusdengan unggas. Cara penularan ialah tinja unggas yang mengering dan menjadi partikel kecil, yang terbawa angin dan dihirup oleh ungggas, hewan lain dan manusia. Virus Flu Burung H5N1 ini menyebabkan Flu berat pada manusia dan bisa menyebabkan radang paru akut dan kematian. Saat ini belum ada bukti bahwa penularanberlangsung dari manusia ke manusia. Hingga saat ini BELUM ADA vaksin yan g tersedia untuk Flu Burung.
Tanda gejala flu burung pada manusia :
1.       Menderita ISPA.
2.       Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius).
3.       Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot.
4.       Sakit tenggorokan yang tiba-tiba.
5.       Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian.
6.       Lemas mendadak.
7.       Sakit kepala.

Penanganan dan pengobatan flu burung adalah dengan pemberian obat flu seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI.














VIRUS FLU BABI
Definisi
Flu babi adalah penyakit flu yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. virus ini termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae. Virus flu babi ini masih satu genus dengan virus penyebab flu burung. Virus influenza A ini menjadi perhatian karena galur virus yang berbedamenyebabkan influenza pada unggas, kuda dan babi. Flu babi merupakan salah satu penyakit zoonosis yang ditakuti selain flu burung karena dapat menginfeksi manusia. Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1H1N2H3N1, H3N2dan H2N3.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrPSM4MwZe7_bUApeeRqwPWfOsnetgjkhYEgxQumby5V3pyXiXj2-8LMOBuu4N-DpJ6zaBHtMvxilOT7BhNvA1b6oAsvHthsf_WsxQzzoAnquTleKnWHe7hI2siTH0EOhW-D2w0jthwqpb/s320/virus+flu+babi.jpg
Sejarah Influenza Babi
Influenza babi pertama kali diamati di Amerika Serikat bagian Tengah Utara pada saat  terjadinya epidemic influenza manusia tahun 1818-1819, dan dalam jangka waktu lama dilaporkan hanya terjadi di daerah tersebut (tempat terjadinya wabah tahunan pada setiap musim dingin). Influenza babi merupakan penyakit pernafasan yang paling sering menyerang babi di Amerika Utara. Wabah juga dilaporkan terjadi di Kanada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada awal tahun 1968. Di Eropa, flu babi berjangkit pada tahun 1950-an di Cekoslovakia, Inggris dan Jerman Barat.
 http://www.klikdokter.com/userfiles/flu%20babi.JPG
Gejala Klinis
Masa inkubasi 1-3 hari. Gejala klinis yang utama terbatas pada saluran pernafasan, mendadak timbul pada sebagian besar babi dalam kelompok. Babi yang terinfeksi tidak mampu berjalan dengan bebas dan cenderung bergerombol. Terjadi radang hidung, pengeluaran ingus, bersin-bersin dan konjungtivitis. Babi yang terinfeksi menderita batuk proksismal, disertai dengan punggung melengkung, pernafasan cepat, sesak, apatis, anoreksia, rebah tengkurap dan suhu tubuh meningkat mencapai 41-41,5°C. Setelah 3-6 hari babi biasanya sembuh dengan cepat, makan secara normal setelah 7 hari dan sejak tampaknya gejala klinis untuk pertama kalinya. Bila babi yang sakit diussahakan tetap hangat dan tidak menderita cekaman, penyakit ini tidak membahayakan dan dengan komplikasi yang sangat kecil serta tingkat kematian kurang dari 1 %, tetapi babi yang menderita bronkopneumonia dapat berakhir dengan kematian.
















RESPIRATORY SYNTIAL VIRUS
Definisi
Virus ini termasuk dalam famili paramyxoviridae,genus pneumovirus yang di dapatkan pertama kali pada simpanse dan dapat menginfeksi manusia. Partikel virus berbentuk pleomorfik mempunyai ukuran 100-350 nm, mengandung asam nukleat RNA untai tunggal dengan polaritas negatif. Terdiri dari 2 protein nonstruktural dan 8 protein struktural.
Protein selubung terdiri dari 2 glikoprotein yaitu protein F yang berfungsi untuk fusi partikel sel virus dengan sel hospes dan fusi antar sel-sel yang terinfeksi dan sekitarnya sehingga membentuk syncytia an protein G yang berperan penting pada proses penempelan virus dengan sel hospes.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah virus yang menyebabkan infeksi paru-paru dan saluran pernapasan. RSV merupakan virus Ribo Nucleic Acid (RNA) berselubung anggota dari genus pneumovirus, familia paramyxoviridae. Bentuk dan ukuran virion virus RSV bervariasi (rata ‐rata diameter 120 ‐300 nm). RSV bersifat tidak stabil di lingkungan dan dapat diinaktivasi dengan sabun, air dan desinfektan RSV terdiri atas 2 subgrup yaitu RSV A dan RSV B, dibedakan berdasarkan uji serologi, namun belakangan dapat dibedakan berdasarkan sekuen nukleotida. Kedua subgrup RSV dibedakan menjadi galur galur berdasarkan tiga kriteria yaitu: pola restriksi gen nukleokapsid (gen N), gen hidrofobik (gen SH) dan gen protein pengikat (gen G / attachment gene). Galur galur ini tersebar di seluruh dunia, tetapi perbedaan tingkat virulensi dan imunitas pada individu dan komunitas, belum diketahui dengan pasti.
  http://www.ahliwasir.com/image-upload/childhood-illnesses-s2-rsv-virus_resize.jpg
Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan
                Infeksi Virus Sinsisial Pernafasan (Infeksi RSV) adalah suatu infeksi virus menular yang menyerang paru‐paru. Angka kejadian infeksi RSV tertinggi ditemukan pada bayi berumur 2‐6 bulan. Biasanya penyakit ini berlangsung selama 7‐14 hari, tetapi beberapa kasus ada yang berlangsung sampai 3 minggu.
Pada akhir infeksi RSV, tubuh membentuk kekebalan terhadap virus, tetapi kekebalan tersebut tidak pernah lengkap. Infeksi kembal terjadi, tetapi biasanya tidak seberat infeksi sebelumnya. Penyebab Virus pernapasan memasuki tubuh melalui mata, hidung atau mulut. Virus ini menyebar dengan mudah melalui batuk atau bersin yang mengandung sekret infeksius, yang kemudian terhirup oleh orang lain melalui kontak langsung, seperti berjabat tangan. Virus ini juga dapat hidup selama berjam-jam pada objek seperti meja dan mainan. Menyentuh mulut, hidung atau mata setelah menyentuh benda yang terkontaminasi, cenderung akan menyebabkan terkena virus ini. Pada beberapa hari pertama setelah terinfeksi merupakan fase paling infeksius, sehingga mudah menularkan virus ini kepada orang lain.
http://www.niehs.nih.gov/research/atniehs/labs/assets/images/a/alifigure1rsvinfectionjpg.jpg
Tetapi virus RSV juga masih dapat menyebar sampai beberapa minggu setelah terinfeksi. RSV menyebar dari sekret pernafasan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau kontak dengan bahan yang terinfeksi. Infeksi dapat terjadi jika bahan yang terinfeksi mengenai mata, mulut atau hidung atau melalui inhalasi droplet (percikan ludah/ingus) saat penderita bersin dan batuk. Di daerah iklim sedang, infeksi RSV biasanya menjadi wabah tahunan selama 4‐6 bulan pada musim gugur, dingin da permulaan musim semi, puncaknya pada musim dingin. RSV akan menyebar secara luas pada anak‐anak, serologi pada anak‐anak umur kurang dari 2 tahun yang menunjukkan antibodi terhadap RSV. Pada bayi dan anak‐anak yang masih sangat muda, RSV bisa menyebabkan pneumonia, bronkiolitis dan trakeobronkitis. Pada orang dewasa dan anak‐anak yang lebih besar, RSV biasanya menyebabkan infeksi saluran pernafasan yang ringan. 
Gejala klinik
Masa inkubasi berkisar antara 2-8 hari.gejala di mulai dari saluran pernapasan atas yakni demam, rinitis, faringitis sedangkan saluran pernapasan bagian bawah di tandai dengan bronkiolitis dan pneumonia. Infeksi lain antara lain batuk, tachypnea, hipoksemia dan sianosis,yang ditemukan setelah beberapa hari. Pada bayi sering ditemukan sesak napas , laryngotracheobronchitis, rewel dan otitis media. Pada masa kehamilan kurang dari 3 minggu dapat menyebabkan kelainan hati dan janin.
Diagnosis laboratorium
Spesimen klinik berupa bilasan hidung atau swab tenggorokan dapat digunakan untuk mengidentifikasi virus penyebab infeksi dengan cara imunofluoresensi dan ELISA. Kultur virus dapat dilakukan dengan menggunakan sel Hela, sel Hep-2 dan sel ginjal monyet. Efek sitobatik dapat dilihat pada sel kultur setelah 2-5 hari.



















VIRUS PARAINFLUENZA
Definisi
Human parainfluenza viruse (hPIV) adalah virus RNA dari genus paramyxovirus dan family Para­mixoviridae. Virus Para Influenza merupakan virus patogen yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bagian vawah pada anak-anak dan orang dewasa. Virus ini berbentuk sferik atau pleomorfik yaitu mempunyai ukuran yang lebih besar dengan diameter 150-300 nm.
http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/PathImages/ParainfluenzaVirus.jpg http://www.jci.org/articles/view/25669/files/JCI0525669.f1/medium
Klasifikasi
Ada 4 jenis hPIV yaitu tipe 1 sampai 4 yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Respirovirus (hPIV 1 dan 3 ) dan Rubulavirus (hPIV 2 dan 4). Di alam, hPIV tidak hanya menyerang manusia tetapi juga beberapa jenis binatang antara lain marmot, kelinci, monyet, dan juga tupai. Sebagian besar infeksi pada hewan adalah asimtomatik atau tak ada gejala sakit. Penularan hPIV seperti virus influenza, pada manusia hPIV sering menimbulkan infeksi saluran napas akut dan merupakan penyebab infeksi saluran napas bawah kedua terbanyak setelah respiratory syncytial virus. Ke - empat tipe hPIV se­mua­nya dapat menyebabkan infeksi saluran napas yang berat, namun sebagian besar kasus yang dirawat di RS disebabkan hPIV3. Di Amerika Serikat sekitar 12 % dari 500,000 sampai 800,000 kasus infeksi saluran  napas bawah per tahun disebabkan oleh virus para influenza hPIV1-3. Estimasi di dunia 10% dari infeksi saluran napas bawah pada anak pra ñsekolah disebabkan hPIVs dan 25 sampai 30% kasus terjadi kematian. 
Infeksi hPIV yang sering ada­lah ''croup'' (acute laryngotracheobronchitis), bronchiolitis, dan pneumonia yang meru­pa­kan infeksi saluran napas yang berat sering menimbulkan pa­nas sampai di atas 40 derajat C.
Gejala klinik
Virus parainfluenza bersifat tanpa gejala dan menyerang remaja dan orang dewasa. Masa inkubasi berlangsung antara lain adalah demam, rinitis, faringitis, batuk dan sesak napas. Virus parainfluenza yang paling sering menyebabkan wabah laryngotracheobronhitis adala virus parainfluenza tipe 1 dan tipe 2 terutama pada musim gugur dan awal musim semi. Sedangkan virus parainfluenza tipe 3 menyebabkan bronkitis pada anak anak umur kurang dari kurang dari 2 tahun, sedangakn tipe 4 sering menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas.
Diagnosis Laboratorium
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara mendeteksi viral dengan cara radioimunoesai,ELISA,fluoro-imunoesai. Spesimen klinik yang digunakan adalah sekret nasofaring atau swab tenggorokan.
Pemeriksaan antibodi dilakukan dengan uji hambatan hemaglutinasi. Infeksi positif jika terjadi peningkatan 4 kali titer antibodi antara fase infeksi akut dan mas konvalensen.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Terapi suportif yang diberikan antara lain antipiretik dan pelega saluran pernapasan untuk laryngotracheobronchitis. Sedangkan kasus yang sedang dan berat diberika efineprin dan cortikosteroid.
Tindakan pencegahan yang dilakukan dengan cara hidup bersih, mencuci tangan dengan cairan antiseptik dan sabun, serta mencegah terjadinya penularan melalui infeksi nosokomial.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar